A. Tukang Sayur Perkasa
Jika di Indonesia, para tukang sayur harus pontang-panting melakukan demonstrasi demi menolak penggusuran pasar tradisional, maka seorang tukang sayur di Tunisia justru menunjukkan keperkasaan yang melebihi sebuah kekuatan kudeta militer. Bagaimana tidak, ia berhasil ‘menggulingkan’ takhta kediktatoran Presiden Zine El Abidine Ben Ali setelah 23 tahun memimpin.
Muhammad Bouazizi
Tukang sayur itu bernama Muhammad Bouazizi, seorang lelaki muda berusia 26 tahun yang memberontak terhadap penyitaan dagangannya oleh polisi Tunisia. Dengan kondisi mikro Tunisia yang sangat kesulitan bahan pangan dan minimnya lowongan kerja, Bouazizi harus menghidupi ibu dan adiknya dengan segala keterbatasannya. Saat satu-satunya mata pencahariannya direnggut paksa oleh tangan-tangan penguasa tanpa diberikan jalan keluar lain baginya untuk bertahan hidup, maka solusi membakar diri hingga tewas dianggap sebagai ‘sentilan’ keras kepada pemerintah yang korup. Tiga minggu setelah kejadian itu, Tunisia pun diguncang gemuruh oleh teriakan rakyatnya. Ben Ali melarikan diri ke luar negeri.
B. Sepak Terjang Ben Ali
Zine El Abidine Ben Ali – Presiden Tunisia
Jika saja dalam dua dekade lebih kepemimpinannya, Ali mampu mengangkat kesejahteraan rakyat, mungkin rakyat tidak akan mempersoalkan hal itu. Nyatanya, Ali hanya melakukan kegiatan untuk memperkaya diri dan kelompoknya dengan gerakan-gerakan rahasia yang brutal untuk mempertahankan kekuasaan, antara lain:
- Untuk meredam lawan politiknya, Ben Ali melakukan strategi pelarangan sepihak terhadap partai politik dan golongan Islam yang menjadi oposisi. Ia memenjarakan lawan-lawan politiknya dengan mengacuhkan hak-hak politik dan hukum yang dimiliki. Alasannya, dapat membahayakan keselamatan negara.
- Dalam menyikapi gelombang demonstrasi rakyat, Ali memerintahkan pasukan keamanan melakukan penangkapan, pemukulan, dan penembakan secara brutal sehingga menewaskan lebih kurang 147 orang.
- Menempatkan para pendukung setianya di dalam tubuh militer dan kepolisian negara untuk memberikan jaminan kelanggengan kekuasaan.
- Bersama keluarganya, ia menggelembungkan pundi-pundi kekayaan dengan memanfaatkan kekuasaan dan fasilitas negara melalui jaringan bisnis di bidang perhotelan, farmasi, koran dan bank. Diduga kuat bahwa selama berkuasa, Ben Ali telah mencuri uang negara sebesar US$ 5 miliar (menurut versi Majalah Forbes yang dikutip oleh anggota senior Partai An Nahda, Seyyed Ferjani).
- Para oposisi yakin bahwa kerusuhan dan penjarahan selama demonstrasi, dilakukan oleh pasukan Ben Ali yang menyamar. Tujuannya untuk memberikan keyakinan kepada masyarakat bahwa tanpa kekuatan Ben Ali, situasi Tunisia akan kacau.
- Selama kepemimpinan Ben Ali, agen rahasia Israel, Mossad bekerjasama erat dengan intelijen Tunisia untuk mencegah negara bekas jajahan Perancis itu menjadi negara Islam. Sebab, dapat membahayakan posisi Yahudi di kawasan Afrika. Israel dan Perancis mendukung kebijakan-kebijakan yang dilakukan Ben Ali. Dalam sebuah sesi wawancara, mantan Presiden Perancis, Jacque Chirac pernah mengatakan kepada rakyat Tunisia, “Apa yang anda inginkan? Anda punya makanan? Anda baik-baik secara sosial? Jadi, mungkin demonstrasi tidak ditakdirkan untuk anda.” Padahal faktanya, lebih dari separuh rakyat Tunisia berada pada tingkat hidup sangat miskin.
Jacque Chirac – Presiden Perancis
Tinggalkan komentar